Search

Suku Bunga 7DRRR Turun, Penguatan Obligasi Semakin Mantap

Suku Bunga 7DRRR Turun, Penguatan Obligasi Semakin Mantap

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat signifikan pada perdagangan hari ini setelah bank sentral memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5% tadi sore. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.  SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.  Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 8,2 basis poin (bps) menjadi 7,23%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Ketika dibuka tadi pagi, pasar obligasi sudah menguat dan penguatan membesar ketika pasar ditutup seiring dengan langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya yaitu 7 days reverse repo rate (7DRRR).

  
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Aug'19
Seri Jatuh tempo Yield 21 Aug'19 (%) Yield 22 Aug'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 22 Aug'19 (%)
FR0077 5 tahun 6.735 6.686 -4.90 6.5685
FR0078 10 tahun 7.314 7.232 -8.20 7.2174
FR0068 15 tahun 7.73 7.649 -8.10 7.5966
FR0079 20 tahun 7.81 7.754 -5.60 7.7038
Avg movement -6.70
Sumber: Refinitiv  Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,75 poin (0,29%) menjadi 260,26 dari posisi kemarin 259,5. Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 565 bps, menyempit dari posisi kemarin 573 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 0,3 bps hingga 1,574% dari posisi kemarin 1,577%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Inversi seri 3 bulan-10 tahun berada pada level 40,5 bps. Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun yang sempat terjadi sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.  
Yield US Treasury Acuan 22 Aug'19
Seri Benchmark Yield 21 Aug'19 (%) Yield 22 Aug'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 1.974 1.979 3 bulan-5 tahun 51.9
UST 2020 2 Tahun 1.569 1.559 2 tahun-5 tahun 9.9
UST 2021 3 Tahun 1.492 1.484 3 tahun-5 tahun 2.4
UST 2023 5 Tahun 1.465 1.46 3 bulan-10 tahun 40.5
UST 2028 10 Tahun 1.577 1.574 2 tahun-10 tahun -1.5
Sumber: Refinitiv  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.006,84 triliun SBN, atau 38,52% dari total beredar Rp 2.613 triliun berdasarkan data per 21 Agustus.  Angka kepemilikannya masih positif Rp 113 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk dari pasar SUN senilai Rp 1,89 triliun.

 Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,22% menjadi 6.239 dan rupiah di pasar valas, 0,04% menjadi Rp 14.230 per dolar AS. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di India, Malaysia, Filipina, Rusia, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar gilts Inggris, JGBs Jepang, dan US Treasury AS.   
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara Yield 21 Aug'19 (%) Yield 22 Aug'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 7.22 7.22 0.00
China 3.062 3.077 1.50
Jerman -0.673 -0.665 0.80
Prancis -0.399 -0.392 0.70
Inggris 0.476 0.475 -0.10
India 6.578 6.551 -2.70
Jepang -0.239 -0.24 -0.10
Malaysia 3.37 3.363 -0.70
Filipina 4.449 4.438 -1.10
Rusia 7.23 7.21 -2.00
Singapura 1.802 1.807 0.50
Thailand 1.54 1.54 0.00
Amerika Serikat 1.577 1.574 -0.30
Afrika Selatan 8.39 8.225 -16.50
Sumber: Refinitiv   TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Suku Bunga 7DRRR Turun, Penguatan Obligasi Semakin Mantap"

Post a Comment

Powered by Blogger.