Tren Digital dan Akuisisi, Jumlah Bank di RI Berpotensi Susut
Jakarta, CNBC Indonesia - Maraknya tren akuisisi perbankan di Tanah Air di tengah gencarnya penetrasi digitalisasi keuangan melalui hadirnya perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech) bakal semakin menyusutkan jumlah perbankan dalam negeri.Senior Vice President PT Royal Investium Sekuritas, Janson Nasrial mengatakan konsolidasi perbankan di Tanah Air masih akan terus terjadi di tengah hadirnya fintech. Apalagi dengan besarnya potensi pasar yang bisa digarap, mengingat jumlah masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan masih tinggi.
Jansen juga mengungkapkan rasio kredit terhadap pertumbuhan ekonomi nasional atau PDB (GDP) Indonesia juga masih rendah sehingga berpeluang bisa didorong dengan penetrasi layanan jasa keuangan lewat fintech.
"Kondolisasi perbankan trennya berlanjut, dengan adanya fintech, loan to GPD masih sekitar 40%, itu sebenarnya terendah [dibanding negara lain] artinya masih ada 60% yang bisa dieksplor perbankan," katanya dalam talkshow di CNBC Indonesia, Kamis (22/8/2019).
"Ini yang akan dimanfaatkan bank BUKU 4 [bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun] masuk ke area fintech. Ini akan menyebar kalau kita lihat secara geografis, jadi itu yang dibutuhkan dengan adanya fintech, untuk menggarap yang masih tersisa 60% ke GPD ini," katanya.
Dia mengatakan dengan konsolidasi perbankan ini, dan maraknya akuisisi bank-bank dan beralih fokus ke digitalisasi keuangan, maka jumlah bank kemungkinan besar bisa di bawah 100 bank.
"Jumlah bank yang banyak 150-an, mungkin bisa di bawah 100 bank, dengan adanya prospek fintech dan akuisisi terutama bank-bank BUKU 1 dan 2 diakuisisi bank BUKU 4. Platform digital perbankan ini, pada dasarnya diincar aplikasi macam Grab, dan payment lainnya, arahnya fintech."
Mengacu data Statistik Perbankan Indonesia Mei 2019, di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah bank umum saat ini mencapai 112 bank, terdiri dari 28 bank dengan aset di atas Rp 50 triliun, 47 bank dengan aset antara Rp 10-50 triliun, 33 bank dengan aset Rp 1-10 triliun, dan ada 4 bank dengan aset di bawah Rp 1 triliun.
Pada Desember masih ada 115 bank umum. Kategori ini ialah bank persero, BUSN devisa, BUSN non-devisa, BPD, bank campuran dan bank asing.
Jansen juga menilai sektor perbankan masih sangat menggiurkan karena memberikan keuntungan tinggi sehingga aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A) di sektor ini marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Publik perbankan pada pekan ini juga disuguhkan dengan berita bahwa PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) akan mendapatkan pemegang saham baru setelah bankir Jerry Ng dan Patrick Walujo yang dikenal kerap terlibat dalam M&A akan menguasai 51% saham Bank Artos.
Janson mengatakan perbankan di Indonesia menjadi salah satu yang memiliki margin bunga bersih (net interest margin/NIM) terbesar di dunia.
Demikian pula dengan rasio keuangan lain seperti rasio pengembalian ekuitas (ROE, return on equity) dan pengembalian aset (ROA, return on asset).
"Di global, industri perbankan memiliki tingkat ROE dan ROA terbesar di seluruh dunia [dibanding sektor lain], NIM juga, selisihnya besar, antara bunga yang dipinjamkan dengan bunga yang diberikan, margin bisa 50%," kata Jansen.
"...jadi mengundang antusias investor luar untuk akuisisi bank kecil, khususnya bank BUKU I [bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun]," katanya lagi.
Selain itu, katanya, dalam M&A juga dilihat besaran tingkat nilai buku perusahaan atau price to book value (PBV). Menurut dia, nilai PBV bank yang paling besar ialah sekitar 4 kali, sementara biasanya nilai PBV bank calon diakuisisi berkisar antara 2 hingga 2,5 kali.
PBV ini adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah alias undervalue.
"PBV biasanya 2-2,5 kali, paling tinggi 2,5 kali [yang diincar untuk diakuisisi]. Kita juga harus lihat PBV emiten bank tersebut pada saat akuisisi, ada di berapa, PBV maksimum 3 kali itu sudah mentok. Biasanya nilai buku paling mahal 4 kali itu pun [sekelas] Bank BCA, [kalau PBV] lebih dari itu, yah sudah lebih, upsize-nya terbatas."
Simak ulasan saham perbankan.
[Gambas:Video CNBC] (roy)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tren Digital dan Akuisisi, Jumlah Bank di RI Berpotensi Susut"
Post a Comment