Ketakpastian Politik Meninggi, Solusi Klasik Ekonomi Kian Aus
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Indonesia terkoreksi pada perdagangan Selasa (20/8/2019) setelah sempat berupaya menguat pada awal perdagangan, di tengah pudarnya ekspektasi stimulus dari Amerika Serikat (AS) sementara riak politik Italia memicu kekhawatiran seputar prospek ekonomi zona Euro.Mengawali perdagangan dengan apresiasi sebesar 0,24% ke level 6.311,91, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan kemarin di zona merah. Pada akhir sesi dua, IHSG melemah tipis 0,02% ke level 6.295,74.
Kinerja bursa nasional ini berbanding terbalik dari mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang bergerak di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,55%, indeks Straits Times terapresiasi 0,22%, dan indeks Kospi melesat 1,05%.
Pelaku pasar melakukan aksi ambil untung (profit taking) dari penguatan IHSG sebelumnya, sembari menanti arah angin kebijakan moneter di AS dan juga di Indonesia. The Fed akan merilis risalah rapatnya pada Rabu hari ini pukul 14:00 WIB sementara Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Pada hari Rabu dan Kamis (21-22 Agustus), BI dijadwalkan menggelar RDG guna menentukan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Keputusan terkait dengan tingkat suku bunga acuan terbaru akan diumumkan besok Kamis.
Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan bahwa BI menahan tingkat suku bunga acuan alias BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%. Dari 12 ekonomi yang disurvei, hanya empat yang memperkirakan akan ada pemangkasan, yakni sebesar 25 basis poin (bps).
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot. US$ 1 dibanderol Rp 14.255 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pasar obligasi juga terkoreksi, dipengaruhi oleh agresifnya pelaku pasar terhadap prediksi penurunan suku bunga acuan AS yaitu Fed Funds Rate menjadi 1,25%-1,5% hingga akhir tahun ini dari level saat ini 2%-2,25%.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 6,76%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Koreksi yang terjadi di pasar surat utang negara (SUN) Indonesia tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(ags)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ketakpastian Politik Meninggi, Solusi Klasik Ekonomi Kian Aus"
Post a Comment