Search

RI Mau Hapus Energi Fosil, Tapi Kok Gencar BBM 1 Harga?

RI Mau Hapus Energi Fosil, Tapi Kok Gencar BBM 1 Harga?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah ingin menghapus penggunaan energi fosil agar mengurangi polusi dan menekan impor BBM. Namun, di satu sisi, program BBM Satu Harga terus digalakkan dan bahkan diperluas titiknya. 

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, BBM Satu Harga saat ini telah beroperasi di 165 titik t di seluruh wilayah NKRI. Target hingga akhir 2019 sejumlah 170 titik.

Mau hapus energi fosil, tapi kok BBM Satu Harga masih gencar?

Menteri ESDM Ignasius Jonan menjelaskan, memang betul Indonesia berusaha untuk tidak tergantung dengan energi fosil, sehingga ada kebijakan bauran energi dan penggunaan energi baru, terbarukan.

Namun, lanjut Jonan, hal tersebut cukup memakan waktu. Targetnya, bauran energi di 2025 adalah 23%, lalu menjadi 30% di 2030, dan 50% di 2050.

RI Mau Hapus Energi Fosil, Tapi Kok Gencar BBM 1 Harga?Foto: Pertamina Wujudkan SPBU Kompak Satu Harga di Asmat

"Dari sekarang, 2019-2050 itu 31 tahun, lewat generasi berikutnya. Ini tetap harus ada penyediaan BBM, karena ini transisi. Analoginya begini, kalau ada yang bertanya kenapa harus mandi tapi nanti kotor lagi? Ya tetap harus mandi dong, masa mandinya 5 tahun sekali, kan tidak begitu," jelas Jonan.

Di sisi lain, untuk mengurangi ketergantungan impor BBM pun pemerintah sudah menjalankan program perluasan penggunaan B20, yang nanti akan berkembang ke B30, B50, bahkan B100. Menurut Jonan, sejauh ini, dengan program B20, dampaknya sangat bagus pada devisa.

"(Program) Ini ampuh, karena konsumsi solar kita 30 juta KL setahun, kalau dicampur FAME 20%, berarti hemat 6 juta KL. Tahun depan, Presiden minta B30, sudah diuji coba kemarin, mudah-mudahan tidak terlalu banyak. Ini kalau B30 kira-kira bisa hemat US$ 1,5 miliar per tahun, tergantung dieselnya," tandasnya.

[Gambas:Video CNBC] (gus)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "RI Mau Hapus Energi Fosil, Tapi Kok Gencar BBM 1 Harga?"

Post a Comment

Powered by Blogger.