"Seperti Brexit, Inggris Boikot Sawit Adalah Langkah Sesat"
Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris diminta pertimbangkan kembali kebijakan larangan minyak sawit jika sudah resmi keluar dari Uni Eropa. Potensi perdagangan yang besar seharusnya membuat Inggris bisa berfikir ulang untuk berbisnis dengan negara-negara yang memiliki komoditas ini.Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, dalam opini yang ia tulis di Bloomberg, mengatakan paska Brexit, boikot minyak sawit yang dilakukan Uni Eropa adalah kebijakan yang salah arah. Inggris bebas untuk menentukan pilihannya sendiri, termasuk untuk berdagang minyak sawit dengan Asia Tenggara.
"PascaBrexit, Inggris akan bebas untuk mengambil langkah meskipun jika Eropa tidak ingin melakukan itu," tulisnya dalam artikel yang berjudul "Britain Should Break With Europe on Palm Oil" sebagaimana dilansir CNBC Indonesia, Selasa (20/8/2019). Apalagi volume nilai berdagangan antara Inggris dan Asia Tenggara juga sangat besar hingga US$ 43 miliar per tahun.
Menurutnya Inggris akan bebas mengambil keputusan tanpa dibayang-bayangi kepentingan khusus kelompok-kelompok berpengaruh di Eropa. "Kami berharap dapat menghindari perang dagang dengan Eropa. Tetapi jika ada yang terjadi, itu tidak berarti Inggris harus terjebak dalam baku hantam," tulisnya lagi.
Sebelumnya di 2017, Komite Lingkungan, Kesehatan Mayarakat dan Keamanan Pangan Eropa membatasi impor minyak sawit dan menghentikan penggunaan minyak sawit untuk program biodiesel Eropa.
Awal tahun ini Eropa menerbitkan Delegated Regulation yang merupakan turunan dari Renewable Energy Directive II (RED II). Dimana kelapa sawit dianggap sebagai komoditas berisiko tinggi terhadap perusakan hutan (deforestasi) atau indirect land-use change (ILUC).
(sef/sef)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to ""Seperti Brexit, Inggris Boikot Sawit Adalah Langkah Sesat""
Post a Comment