Inflasi Terus Melambat, Euro Semakin Terkapar
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (1/10/19), hingga menyentuh level terlemah lebih dari dua tahun.Pada pukul 20:20 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1.0893 atau melemah tipis 0,05% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Namun sebelumnya, mata uang 19 negara ini sempat turun 0,17% ke US$ 1.0877 yang merupakan level terlemah sejak 12 Mei 2017.
Inflasi di Zona Euro yang semakin melambat membebani kurs euro pada hari ini. Data yang dirilis oleh Eurostat menunjukkan inflasi di bulan September sebesar 0,9% year-on-year (YoY), melambat dari bulan sebelumnya sebesar 1%. Kenaikan harga di bulan September tersebut juga menjadi yang terendah sejak November 2016.
Pelemahan euro pada hari ini melanjutkan kinerja negatif 0,37% awal pekan kemarin akibat pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Jerman.
Senin kemarin, Reuters mewartakan dengan mengutip beberapa sumber, institusi ekonomi ternama di Jerman kini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Panser tahun ini menjadi 0,5%. Proyeksi PDB tersebut lebih rendah dari yang diberikan pada bulan April lalu.
Ekonomi Jerman memang sedang menjadi sorotan belakangan ini akibat buruknya kinerja sektor manufaktur. Sebagai negara yang mengandalkan ekspor sebagai roda penggerak ekonomi, lesunya sektor manufaktur tentunya berdampak buruk bagi perekonomian.
Negeri Kanselir ini pun dikhawatirkan mengalami resesi. Sektor manufaktur Jerman mengalami kontraksi sembilan bulan beruntun. Di bulan ini, kontraksi bahkan mencapai yang terdalam dalam lebih dari satu dekade terakhir.
IHS Markit melaporkan purchasing managers' indeks (PMI) sektor manufaktur Jerman bulan September sebesar 41,4, turun dari bulan sebelumnya 43,5. Sementara sektor jasa meski masih berekspansi mengalami pelambatan menjadi 52,5 dari sebelumnya 54,8.
Indeks ini dirilis oleh IHS Markit dan merupakan hasil survei dari manajer pembelian sehingga disebut juga Purchasing Managers' Index (PMI). Angka 50 menjadi ambang batas, di atas 50 menunjukkan ekspansi atau peningkatan aktivitas, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.
Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal II-2019 mengalami kontraksi sebesar 0,1% quarter-on-quarter (QoQ). Dengan aktivitas manufaktur yang terus memburuk, maka di kuartal III-2019 Jerman berpeluang besar kembali mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi lagi, sehingga masuk ke jurang resesi.
Selain kondisi ekonomi Jerman, kini inflasi yang semakin melambat tentunya memberikan kecemasan baru akan potensi terjadi resesi di Benua Biru, euro pun menjadi sulit bangkit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Inflasi Terus Melambat, Euro Semakin Terkapar"
Post a Comment