Hati-Hati dengan Saham Gorengan, Jiwasraya Sudah Jadi Korban!
![](https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/10/12/a9000f57-ce0b-4f24-8758-82895dd3121e_169.jpeg?w=650)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) terhadap klaim dana nasabah yang akan mencairkan uang investasinya telah mencoreng kredibilitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan industri asuransi nasional. Saham gorengan jadi pemicunya.
Menurut Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, Jiwasraya banyak berivestasi ke dalam instrumen saham, tetapi bukan sembarang saham melainkan saham gorengan.
"Mereka (Manajemen Jiwasraya) itu banyak investasi di saham gorengan. Kita tahu lah, itu saham saham gorengan. Karena itu kita tanyakan kehati-hatiannya. Jadi kita ingin menanggulangi kerugian yang dialami nasabah dan pihak-pihak lain," jelas Arya.
Atas kasus tersebut, Kementerian BUMN sampai harus melaporkan ke Kejaksaan Agung RI, terkait adanya indikasi terjadi tindakan kecurangan (fraud) yang terjadi pada Jiwasraya.
Tahukah sebenarnya saham gorengan itu apa? Saham gorengan merupakan saham yang fluktuasi pergerakannya sangat tinggi atau meletup-letup seperti makanan yang digoreng. Ketika sedang naik, saham gorengan tersebut tampaknya renyah, akan tetapi tinggi akan kolesterol yang bisa menyebabkan berbagai macam penyakit.
Saham gorengan tampak menggiurkan karena seringkali harganya naik sangat tinggi. Namun di balik itu semua, investor perlu waspada karena ada pihak-pihak yang menggerakkan harga saham tersebut.
Saham gorengan biasanya ditransaksikan oleh trader yang waktunya cukup banyak untuk memantau harga dan bukan investor. Bagi investor institusi apalagi asuransi atau dana pensiun yang sifat investasinya jangka panjang, tentu tidak disarankan untuk membeli saham gorengan karena potensi kerugiannya sangat besar.
Ada beberapa ciri-ciri saham gorengan menurut CNBC Indonesia yakni:
1. Terindikasi Unusual Market Activity (UMA)
Merupakan aktifitas perdagangan saham yang tidak biasa, naik turun seperti roller coaster pada waktu tertentu yang menurut penilaian Otoritas Bursa berpotensi mengganggu atas terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien.
2. Volumenya Turun-Naik Secara Drastis
Seringkali volume perdagangannya naik sangat tinggi seolah-olah sahamnya banyak diburu para pelaku pasar. Padahal dalam kesehariannya, saham tersebut terbilang sepi atau jarang diperdagangkan.
Volume tersebut biasanya terlihat pada grafik batang yang mencerminkan banyaknya transaksi di bawah grafik harga saham.
3. Berasal dari saham-saham lapis dua dan tiga
Umumnya saham-saham non blue chip yang berasal dari lapis dua dan tiga yang kapitalisasi pasarnya (market cap) kecil, sehingga menjadi sasaran para bandar untuk dimanfaatkan dalam rangka mencari keuntungan.
4. Tidak Didukung Fundamental Perusahaan.
Umumnya pergerakan saham-saham gorengan tidak didasarkan faktor fundamental, maupun aksi korporasi yang dampaknya dapat signifikan mempengaruhi pergerakan harganya di bursa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam)Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hati-Hati dengan Saham Gorengan, Jiwasraya Sudah Jadi Korban!"
Post a Comment